Jumat, 03 Januari 2014

Hutan Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa



Hutan Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa


Ekosistem mangrove adalah sumber daya alam yang memiliki tempat tumbuh yang spesifik. Ekosistem mangrove tumbuh di zona pantai (berlumpur) yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut dan tidak terpengaruh oleh iklim. Ekosistem mangrove merupakan jalur hijau yang terpadu pada teluk-teluk, delta, muara sungai sampai menjorok kearah pedalaman dan garis pantai (Dephut, 1997). Dari sudut ekologi, hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem yang unik, karena pada kawasan ini terpadu empat unsur biologis penting yang fundamental, yaitu daratan air, vegetasi dan satwa. Hutan mangrove memiliki ciri ekologis yang khas yaitu dapat hidup dalam air dengan salinitas tinggi dan biasanya terdapat sepanjang daerah pasang surut (Dephut, 1992).
Iklim                                      
Mangrove tidak terpengaruh oleh iklim melainkan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Tetapi pada ekosistem mangrove bermanfaat dalam memelihara iklim mikro yang terdapat pada daerah mangrove tersebut.   Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
Hidrologi
Ekosistem mangove hidup di daerah dengan salinitas yang tinggi dan terdapat di daerah pasang surut air laut dan masih berada di zona pantai. Tetapi di hutan mangrove taman nasional karimunjawa juga ditemukan mangrove dari zona transisi antara air asin dan air segar.
Tanah
Habitat ekosistem mangrove yang masih berada di zona pantai maka tanah di taman nasional mangrove ini sangat berlumpur. Selain itu kondisi tanah selalu tergenang air dengan drainase yang sangat buruk yang mempunyai salinitas tinggi menjadi habitat hutan bakau.
Topografi
Hutan Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa terletak di daerah yang rendah dengan ketinggian 0,5-2 mdpal.

 Hutan Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa terletak di 05049’39,5” S dan 110028’03,5” E. Mangrove merupakan hutan yang tumubuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora, dan Nypa (Soerianegara, 1987).
Di bandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kekayaan jenis mangrove yang tinggi. Tercataat terdapat 8 jenis mangrove sejati tumbuh di Indonesia. Setidaknya tercatat 26 jenis mangrove sejati tumbuh di Karimunjawa. Jenis mangrove di Taman Nasional Karimunjawa didominasi oleh Rhizopora sp, Sonneratia sp, Bruguiera sp, dan Lumnitzera sp.
Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar, Mriko, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove terluas terdapat di Pulau Kemujan dan Karimunjawa seluas 396,90 Ha yang didominasi oleh Exoccaria agallocha sedangkan jenis Rhizopora stylosa menyebar di sluruh wilayah. Spesiea mangrove yang ditemukan di Karimunjawa terdiri atas 26 spesies mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada dalam kawasan dan 5 spesies di luar taman nasional.
Menurut Kusmana dkk (2003) fungsi mangrove dapat dikategorikan ke dalam tiga macam fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis/ekologis, dan fungsi ekonomis seperti :
1.       Fungsi fisik
Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, mengendalikan intrusi air laut, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang, danmengolah limbah organik.
2.      Fungsi biologis/ekologis
Tempat mencari makan (feeding ground), temapt memijah (spawing ground), dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya,. Tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung, dan sumber plasma nutfah.
3.      Fungsi ekonomis
Hasil hutan berupa kayu, hasil uhutan bakau kayu seperti madu, obat-obatan, minuman, dan makanan, tanin, dll. Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lainnya.

Menurut Saenger (1983) dalam Onrizal dan Kusmana (2004), ekosistem mangrove juga berperan dalam pendidikan, penelitian, dan pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), di kawasan Asia dan Pasifik,  areal mangrove juga digunakan sebagai bahan cadangan untuk transmigrasi, inustri minyak, permukiman, dan peternakan.  

Ekosistem Mangrove sebagai sumber plasma nutfah yang cukup tinggi (misalnya mangrove di Indonesia terdiri dari 157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis fauna laut dan berbagai  jenis fauna darat (Kusmana, 2002).

Ekosistem mangrove juga berperan sebagai perlindungan pantai secara alami untuk mengurangi resika terhadap bahaya tsunami.

No
Jenis
1
Acanthus ebracteatus
2
Acanthus ilicifolius
3
Acrostichhum aureum
4
Acrostichum speciosum
5
Aegiceras corniculatum
6
Avicennia lonata
7
Bruguiera cylindrica
8
Bruguiera gymnorrhiza
9
Bruguiera sexangula
10
Ceriops tagal
11
Excoecaria agallocha
12
Heritiera litoralis
13
Lumnitzera litorea
14
Lumnitzera racemasa
15
Nypa fruticans
16
Pemphis acidula
17
Rhizopora apiculata
18
Rhizopora mucronata
19
Rhizopra stylosa
20
Scyphiphora hydrophyllacea
21
Sonneratia alba
22
Sonneratia caseolaris
23
Sonneratia avata
24
Xylocarpus granatum
25
Xylocarpus moluccensis
26
Xylocarpus rumphil

Berikut ini hasil wawancara mahasiswa dan dosen dengan Pak Zainul Abidin selaku Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang berlokasi di tracking mangrove.

Jumlah Pengurus konservasi terdapat 96 orang secara keseluruhan (dibalai desa dengan di Taman Nasional) untuk di Taman Nasional ini terdapat 60 pengurus. Tracking mangrove mempunyai panjang sekitar 1,3 km. Luas kawasan mangrove dibawah kementrian sekitar 6.000 ke utara. Sedangkan untuk dinas terdapat di kawasan Taman Nasional luar. Tracking mangrove Dibangun pada tahun 2010 yang dibangun melalui 2 tahap dalam 2 tahun atau 2 periode :
Ø  Tahap 1
 600 m dari sisi sebelah kiri menghadap ke mangrove.
Ø  Tahap 2
600 m dari sisi sebelah kanan menghadap ke mangrove.
Di tempat ini kita dapat menyaksikan jenis-jenis mangrove yang berjumlah kurang lebih sekitar 45 termasuk jenis mangrove ikutan dan mangrove sejati.
Jumlah untuk mangrove sejati sekitar 35 dan ada beberapa jenis yang belum diketahui. Untuk mengidentifikasi maka tim PEH berkoordinasi dengan LIPI.
Di tempat ini terdapat satu jenis  mangrove yang langka secara global, tetapi secara lokal banyak ditemukan yaitu jenis Scyphipora hidrophyllacea.
Di Karimunjawa terdapat beberapa zona sonneratia, rhizopora tetapi  tidak begitu jelas dalam pembagian zonanya   karena faktor gelombang tidak begitu besar.  Berbeda dengan mangrove  di pulau jawa yang membentuk zona-zona yang sangat jelas.
Lumnitzera pada zonasi jawa terdapat di tengah, paling belakang rhizopora (akar napas/akar menjulang), Paling dalam mangrove ikutan seperti  nipah dan acrostichum.
Berikut ini karakteristik jenis mangrove yanag ada di Taman Nasional Karimunjawa :
1.       Bruguiera : perakaran  seperti akar lutut segitiga. Brugueira buahnya panjang akarnya tidak napas tetapi berupa akar lutut. Buah yang berwarna merahdapat dimanfaatkan untuk pembutan sirup.
2.      Avicennia (Zona paling depan) : akar seperti api-api terletak di kawasan paling luar dan mempunyai ciri seperti buah berbentuk seperti pensil.
3.      Sonneratia :  Di Karimunjawa sonneratia tumbuh berdekatan dengan laut tetapi secara umun semestinya sonneratia tidak tumbuh berdekatan dengan laut.  Buah dari jenis sonneratia bisa dimanfaatkan untuk pembuatan sirup tetapi masyarakat di Karimunjawa belum ada yang memanfaatkannya.
4.      Ceriops tagal cirinya daunnya hijau hampir mirip dengan lumnitzera tapi daunnya lebih besar, lebih hijau, dan tidak mengkilat. Terdapat buah yang berbentuk memanjang. Mangrove jenis ceriops tagal ini jika buahnya jatuh dengan posisi tunasnya menancap dengan lumpur maka dapat tumbuh. Jika tidak menancap dengan lumpur maka akan mati. Ukuran biji ceriops lebih kecil dibandingkan dengan rhizopora hanya berbeda ukuannya tetapi bentuknya sama.  Ceriops tagal bukan berupa akar napas.
5.      Terdapat mangrove jenis langka yaitu duduk karena daunnya hampir mirip dengan lumnitzera tetapi daunnya mengkilat.  Bergetah putih yang dapat menyebabkan gatal.
6.      Xylocarpus buahnya seperti labu-labu. Nama lokal disebut labu-labu. Xylocarpus : perakaran berbentuk seperti bola
7.      Avicennia : perakarannya  berdiri. Terletak di paling tepi yang menyebabkan kadar garam dari air laut paling tinggi sehingga dalam membuang garamnya di bagian pohon paling bawah yang dicirikan dengan terdapatnya bintik-bintik seperti kristal yang berwarna putih. 
8.      Lumnitzera : pohonnya berwarna  agak putih.

Fauna di tempat ini hanya sedikit yaitu kerang-kerangan, sedikit ular, biawak, burung ligbran, kera makaka aticularis. Untuk burung hanya mencari makan saja (migrasi).
Pemanfaatan mangrove untuk masyarakat  untuk aktivitas masyrakat mengambil kerang. Penduduk Karimunjawa menyebut kerang sebagai thotok dengan nama Bondan rancah, Bondan laut, Cowek, Kaji, Manuk/joget, dan Rambut. Jenis kerang yang dimanfaatkan oleh masyarakat ada 7 jenis yang dapat dikonsumsi dan ditemukan di sekitar mangrove seperti Tellina remies, Dosinia insularum, Garfarium pectinatum, Codacia punctta, Andara antiquata, Corculum cordisa, Trachycardium subrugossum.
Mangrove disini ada yang milik masyarakat, dinas kehutanan (khusunya mangrove diluar konservasi), dan milik kementrian kehutananan (hanya sebagai pengelola konservasi Taman Nasional).
Sejak didirikan luas mangrove bertambah karena adanya mahasiswa dan siswa smp sosialisasi langsung ditempat mangrove dan terdapat kegiatan penanaman mangrove sehingga luas mangrove semakin bertambah.
Adapun kendala waktu mengelola :
1.     Berbenturan dengan masyarakat yang menyebabkan masyarakat menebang pada zona tertentu yaitu zona perlindungan yang tidak boleh dimasuki seharusnya di zona pemanfaatan yang boleh dimasuki.
2.     Hasil penebangan tersebut untuk bahan konstruksi rumah.
Jika diketahui masyarakat yang menebang ekosistem mangrove maka diperingati sehingga perlu adanya sosialisasi dan penegak hukum. Untuk masyarakat lokal diperingati sedangkan untuk masyarakat luar Pulau Karimunnjawa maka ditindaklanjuti dengan ditangkap. 

Sumber :
1.       Wawancara dosen dan mahasiswa FKIP Geografi 2011 UNS dengan Bapak Zainul Abidin selaku Pengelola Ekosistem Hutan
2.      Brosur dari Taman Nasional Karimunjawa


Selasa, 31 Desember 2013

Ayo ke Pantai Selatan.... Jelajahi Gunung Kidul.....

coretan asal nyeloteh
malem taun baru ngeblog aja lagian baru buat.,, hhheee....
OK MULAI...!!!!
Orang bilang Yogyakarta is Never Ending....
Saya bilang salah satu kabupaten yang ada di Yogyakarta is Never Ending terutama pantainyaaa.......

kalo kamu ngaku orang yang suka traveling coba deh jelajahi pantai yang ada di GK (Gunung Kidul) iniii...... sumpehhhh kece badai... ombak wuuuhhh cakep gak usah takut namanya juga traveler....

Nihh... kasih gambarnya ya... siap2 ngiler yeeee.....
pantai Ngobaran dan pantai Ngrenehan terletak pada 1 jalur, jika melalui Yogyakarta dan sekitarnya dapat menempuh rute

Jogja – Piyungan – Pathuk – sambipitu – gading (lapangan Terbang) ada pertigaan ambil yang ke kanan arah Playen – Paliyan – Trowono - Kanigoro – Pantai Ngrenehan dan Pantai Ngobaran. kalo gak tau ya tanya penduduk orangnya ramah-ramah kok..... :)

Pantai Ngobaran
numpang nampang ya... Suasananya kayak di Bali tu..... Mau???

Ok kita masyuk pantai selanjutnya....
Pantai Ngrenehaaannn...... o ya di pantai ini kalian juga bisa trekking lho sampai ke bukit mbithing (klo gak salah lupa namanya) 
 



liat kan bisa lho renang disini.... dasarnya tdk ada karangnya jd enak buat nyebuuurrr....

kayak kolam ikan sih,,, ikannya juga cantik2 tapi sayang ikannya hobi PHP

ini bulu babi pa bukan ya....hati2 aja deh liat bawah juga kalo jalan awas keinjek

ada juga lho yg jualan ikan,, bisa sekalian dimasakin
Pantai selanjutnya lain kali lagi ya........ masih banyak kok.... semoga liburan Semesternya menyenangkan.... Pantai..... Pantai..... Pantai.... sukaaaa........