Hutan Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa
Ekosistem mangrove adalah sumber daya
alam yang memiliki tempat tumbuh yang spesifik. Ekosistem mangrove tumbuh di
zona pantai (berlumpur) yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan
terpengaruh oleh pasang surut air laut dan tidak terpengaruh oleh iklim.
Ekosistem mangrove merupakan jalur hijau yang terpadu pada teluk-teluk, delta,
muara sungai sampai menjorok kearah pedalaman dan garis pantai (Dephut, 1997).
Dari sudut ekologi, hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem yang unik, karena
pada kawasan ini terpadu empat unsur biologis penting yang fundamental, yaitu
daratan air, vegetasi dan satwa. Hutan mangrove memiliki ciri ekologis yang
khas yaitu dapat hidup dalam air dengan salinitas tinggi dan biasanya terdapat
sepanjang daerah pasang surut (Dephut, 1992).
Iklim
Mangrove tidak terpengaruh oleh iklim
melainkan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Tetapi pada ekosistem
mangrove bermanfaat dalam memelihara iklim mikro yang terdapat pada daerah
mangrove tersebut. Evapotranspirasi
hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga
keseimbangan iklim mikro terjaga.
Hidrologi
Ekosistem mangove hidup di daerah
dengan salinitas yang tinggi dan terdapat di daerah pasang surut air laut dan
masih berada di zona pantai. Tetapi di hutan mangrove taman nasional
karimunjawa juga ditemukan mangrove dari zona transisi antara air asin dan air
segar.
Tanah
Habitat ekosistem mangrove yang masih
berada di zona pantai maka tanah di taman nasional mangrove ini sangat
berlumpur. Selain itu kondisi tanah selalu tergenang air dengan drainase yang
sangat buruk yang mempunyai salinitas tinggi menjadi habitat hutan bakau.
Topografi
Hutan Mangrove di Taman Nasional
Karimunjawa terletak di daerah yang rendah dengan ketinggian 0,5-2 mdpal.
Hutan Mangrove di Taman Nasional Karimunjawa
terletak di 05049’39,5” S dan 110028’03,5” E. Mangrove
merupakan hutan yang tumubuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan
muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas
jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia,
Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras,
Scyphyphora, dan Nypa (Soerianegara, 1987).
Di bandingkan dengan negara-negara
tetangga di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kekayaan jenis mangrove yang
tinggi. Tercataat terdapat 8 jenis mangrove sejati tumbuh di Indonesia.
Setidaknya tercatat 26 jenis mangrove sejati tumbuh di Karimunjawa. Jenis
mangrove di Taman Nasional Karimunjawa didominasi oleh Rhizopora sp, Sonneratia
sp, Bruguiera sp, dan Lumnitzera sp.
Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional
Karimunjawa terdapat di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar,
Krakal Kecil, Krakal Besar, Mriko, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove
terluas terdapat di Pulau Kemujan dan Karimunjawa seluas 396,90 Ha yang
didominasi oleh Exoccaria agallocha sedangkan jenis Rhizopora stylosa menyebar
di sluruh wilayah. Spesiea mangrove yang ditemukan di Karimunjawa terdiri atas
26 spesies mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada dalam
kawasan dan 5 spesies di luar taman nasional.
Menurut Kusmana dkk (2003) fungsi
mangrove dapat dikategorikan ke dalam tiga macam fungsi, yaitu fungsi fisik,
fungsi biologis/ekologis, dan fungsi ekonomis seperti :
1.
Fungsi fisik
Menjaga garis pantai dan tebing sungai
dari erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, mengendalikan
intrusi air laut, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan
gelombang dan angin kencang, danmengolah limbah organik.
2.
Fungsi biologis/ekologis
Tempat mencari makan (feeding ground),
temapt memijah (spawing ground), dan tempat berkembang biak (nursery ground)
berbagai jenis ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya,. Tempat bersarang
berbagai jenis satwa liar terutama burung, dan sumber plasma nutfah.
3.
Fungsi ekonomis
Hasil hutan berupa kayu, hasil uhutan
bakau kayu seperti madu, obat-obatan, minuman, dan makanan, tanin, dll. Lahan
untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lainnya.
Menurut Saenger (1983) dalam Onrizal
dan Kusmana (2004), ekosistem mangrove juga berperan dalam pendidikan,
penelitian, dan pariwisata. Bahkan menurut FAO (1982), di kawasan Asia dan
Pasifik, areal mangrove juga digunakan
sebagai bahan cadangan untuk transmigrasi, inustri minyak, permukiman, dan
peternakan.
Ekosistem Mangrove sebagai sumber
plasma nutfah yang cukup tinggi (misalnya mangrove di Indonesia terdiri dari
157 jenis tumbuhan tingkat tinggi dan rendah, 118 jenis fauna laut dan
berbagai jenis fauna darat (Kusmana,
2002).
Ekosistem mangrove juga berperan
sebagai perlindungan pantai secara alami untuk mengurangi resika terhadap
bahaya tsunami.
No
|
Jenis
|
1
|
Acanthus ebracteatus
|
2
|
Acanthus ilicifolius
|
3
|
Acrostichhum aureum
|
4
|
Acrostichum speciosum
|
5
|
Aegiceras corniculatum
|
6
|
Avicennia lonata
|
7
|
Bruguiera cylindrica
|
8
|
Bruguiera gymnorrhiza
|
9
|
Bruguiera sexangula
|
10
|
Ceriops tagal
|
11
|
Excoecaria agallocha
|
12
|
Heritiera litoralis
|
13
|
Lumnitzera litorea
|
14
|
Lumnitzera racemasa
|
15
|
Nypa fruticans
|
16
|
Pemphis acidula
|
17
|
Rhizopora apiculata
|
18
|
Rhizopora mucronata
|
19
|
Rhizopra stylosa
|
20
|
Scyphiphora hydrophyllacea
|
21
|
Sonneratia alba
|
22
|
Sonneratia caseolaris
|
23
|
Sonneratia avata
|
24
|
Xylocarpus granatum
|
25
|
Xylocarpus moluccensis
|
26
|
Xylocarpus rumphil
|
Berikut ini hasil wawancara mahasiswa
dan dosen dengan Pak Zainul Abidin selaku Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang
berlokasi di tracking mangrove.
Jumlah Pengurus konservasi terdapat 96 orang secara
keseluruhan (dibalai desa dengan di Taman Nasional) untuk di Taman Nasional ini
terdapat 60 pengurus. Tracking mangrove mempunyai panjang sekitar 1,3 km. Luas
kawasan mangrove dibawah kementrian sekitar 6.000 ke utara. Sedangkan untuk
dinas terdapat di kawasan Taman Nasional luar. Tracking mangrove Dibangun pada
tahun 2010 yang dibangun melalui 2 tahap dalam 2 tahun atau 2 periode :
Ø Tahap 1
600 m dari sisi sebelah kiri menghadap ke
mangrove.
Ø Tahap 2
600 m dari sisi sebelah kanan menghadap
ke mangrove.
Di tempat ini kita dapat menyaksikan
jenis-jenis mangrove yang berjumlah kurang lebih sekitar 45 termasuk jenis
mangrove ikutan dan mangrove sejati.
Jumlah untuk mangrove sejati sekitar 35
dan ada beberapa jenis yang belum diketahui. Untuk mengidentifikasi maka tim
PEH berkoordinasi dengan LIPI.
Di tempat ini terdapat satu jenis mangrove yang langka secara global, tetapi
secara lokal banyak ditemukan yaitu jenis Scyphipora
hidrophyllacea.
Di Karimunjawa terdapat beberapa zona
sonneratia, rhizopora tetapi tidak
begitu jelas dalam pembagian zonanya
karena faktor gelombang tidak begitu besar. Berbeda dengan mangrove di pulau jawa yang membentuk zona-zona yang
sangat jelas.
Lumnitzera pada zonasi jawa terdapat di
tengah, paling belakang rhizopora (akar napas/akar menjulang), Paling dalam
mangrove ikutan seperti nipah dan
acrostichum.
Berikut ini karakteristik jenis
mangrove yanag ada di Taman Nasional Karimunjawa :
1.
Bruguiera : perakaran seperti akar lutut segitiga. Brugueira buahnya panjang akarnya tidak
napas tetapi berupa akar lutut. Buah yang berwarna merahdapat dimanfaatkan
untuk pembutan sirup.
2.
Avicennia (Zona paling depan) : akar seperti
api-api terletak di kawasan paling luar dan mempunyai ciri seperti buah
berbentuk seperti pensil.
3.
Sonneratia :
Di Karimunjawa sonneratia tumbuh berdekatan dengan laut tetapi secara
umun semestinya sonneratia tidak tumbuh berdekatan dengan laut. Buah dari jenis sonneratia bisa dimanfaatkan
untuk pembuatan sirup tetapi masyarakat di Karimunjawa belum ada yang
memanfaatkannya.
4.
Ceriops tagal cirinya daunnya hijau hampir mirip
dengan lumnitzera tapi daunnya lebih
besar, lebih hijau, dan tidak mengkilat. Terdapat buah yang berbentuk
memanjang. Mangrove jenis ceriops tagal
ini jika buahnya jatuh dengan posisi tunasnya menancap dengan lumpur maka dapat
tumbuh. Jika tidak menancap dengan lumpur maka akan mati. Ukuran biji ceriops lebih kecil dibandingkan dengan rhizopora hanya berbeda ukuannya tetapi
bentuknya sama. Ceriops tagal bukan berupa akar napas.
5. Terdapat mangrove jenis langka yaitu duduk karena daunnya hampir mirip dengan
lumnitzera tetapi daunnya
mengkilat. Bergetah putih yang dapat
menyebabkan gatal.
6.
Xylocarpus buahnya seperti labu-labu. Nama lokal
disebut labu-labu. Xylocarpus :
perakaran berbentuk seperti bola
7.
Avicennia : perakarannya berdiri. Terletak di paling tepi yang
menyebabkan kadar garam dari air laut paling tinggi sehingga dalam membuang
garamnya di bagian pohon paling bawah yang dicirikan dengan terdapatnya
bintik-bintik seperti kristal yang berwarna putih.
8.
Lumnitzera : pohonnya berwarna agak putih.
Fauna di tempat ini hanya sedikit yaitu
kerang-kerangan, sedikit ular, biawak, burung ligbran, kera makaka aticularis.
Untuk burung hanya mencari makan saja (migrasi).
Pemanfaatan mangrove untuk
masyarakat untuk aktivitas masyrakat
mengambil kerang. Penduduk Karimunjawa menyebut kerang sebagai thotok dengan
nama Bondan rancah, Bondan laut, Cowek, Kaji, Manuk/joget, dan Rambut. Jenis
kerang yang dimanfaatkan oleh masyarakat ada 7 jenis yang dapat dikonsumsi dan
ditemukan di sekitar mangrove seperti Tellina remies, Dosinia insularum,
Garfarium pectinatum, Codacia punctta, Andara antiquata, Corculum cordisa,
Trachycardium subrugossum.
Mangrove disini ada yang milik
masyarakat, dinas kehutanan (khusunya mangrove diluar konservasi), dan milik
kementrian kehutananan (hanya sebagai pengelola konservasi Taman Nasional).
Sejak didirikan luas mangrove bertambah
karena adanya mahasiswa dan siswa smp sosialisasi langsung ditempat mangrove
dan terdapat kegiatan penanaman mangrove sehingga luas mangrove semakin
bertambah.
Adapun kendala waktu mengelola :
1. Berbenturan dengan masyarakat yang
menyebabkan masyarakat menebang pada zona tertentu yaitu zona perlindungan yang
tidak boleh dimasuki seharusnya di zona pemanfaatan yang boleh dimasuki.
2. Hasil penebangan tersebut untuk bahan konstruksi
rumah.
Jika diketahui masyarakat yang menebang
ekosistem mangrove maka diperingati sehingga perlu adanya sosialisasi dan
penegak hukum. Untuk masyarakat lokal diperingati sedangkan untuk masyarakat
luar Pulau Karimunnjawa maka ditindaklanjuti dengan ditangkap.
Sumber :
1.
Wawancara dosen dan mahasiswa FKIP Geografi 2011 UNS dengan
Bapak Zainul Abidin selaku Pengelola Ekosistem Hutan
2.
Brosur dari Taman Nasional Karimunjawa